MANJAT KELAPA SAUDARA
Malam baru menunjukkan kurang dari pukul 20 wib. Nasi yg dah dimakan selepas magrib tadi dah lama hancur, artinya perut dah mulai lagi berbunyi mintak diisi. Hehe.. dasar 'badang' tukang makan. Mungkin karena mesin penghancur (perut) daya serapnya tinggi. Maklumlah umur baru 13 tahun, sedang iyo2 betol.
Aku pandang memandang dengan sepupuku Iyan (yang saat ini beranak 4 dan beranak 4 di Sei Pakning). Artinya ada yg dirundingkan utk mendiamkan 'pemberontakan' cacing ini. Kami menyepakati mengambil Kelapo Pak Sodaro kami di dekat rumah Pak Rais tukang roti, hanya berjarak 200 m dari rumah Kami. Berdosalah kami yee, tapi itulah...
Persiapan dah dibuat. Tali rapia sepanjang sekitar 10m dan kain sarung dah dibawak. Suasana gelap, blom ado listrik, semak banyak. Tp demi 'perut dan si Cacing" maka dijalani jugalah.
Soal panjat memanjat ini aku tak ahli, makanya hal ini aku serahkan pada Iyan. Aku nunggu di bawah aja. Kelapa muda yg udah dipetik itu dimasukkan dalam sarung satu persatu diturunkan denhan memakai tali rapia. Hal ini dilakukan agar tak bebunyi.
Karena kami hanya berdua maka kelapa yg dipetik tak banyak, 3 butir aja. Satu utk masing2, dan satu utk cadangan. Tak jarang kelapa yg dapat tak ada isi, hanya airnya saja dan kelongkong, alias tempurung muda.
Memang lah yee tekak kami 'larap' kalau soal makan memakan ni. Hehe, maklumlah masih masa pertumbuhan.
Medio Malam, Kamis 060613
Tidak ada komentar:
Posting Komentar