Tiang bendera ini memang mati, tapi saksi ahli bagi setiap pelaku yg berada di sekitarnya.
Aku pernah tidur di tengah malam dg kasur yg tak aku sayangi di tepi tiang ini, kawan seangkatanku jg. Banyak yg bersandar memadu cerita tentang dongeng 1001 malam, kisah antara kau aku dan dia, kumpul2 penghilang suntuk sesama kawan.
Batang kayu besar di halaman kampus ini masih gagah, tempat kami berteduh dari sengatan cahaya mentari tengah hari. Menjadi saksi akal bulus Usman Taufiq saat mengakali kami dg cerita 'Anjing Kencing'nya.
Dekat pintu aula ini dulu ada 'Kolat' kami alias meja piket Perwira Bintara dan Tamtama. Sekarang dah rata tak ada lagi. Lihat saja wajah beda asrama putri, yg dulu masih amat sederhana.
Mushola Al Aqsa siapa yg tak kenal. Pembinaan rohani selalu di sini. Bang Usman Taufiq, Indra gunawan dan Suharta selalu menjadi penghuni tetapnya.
Tangga menuju lantai II ini masih tetap sama, dan papan pengumuman nilai ujian juga sama. Begitu jg ruang Pustaka tempat gudang Ilmu dan kumpulan Skripsi senior.. banyak kenangan terkubur hidup2 di situ.
Ada juga eks kamar mandi lajang. Berjejer bak mandi dan centong airnya. Banyak ember yg berisi pakaian terendam air sabun. Bahkan ada yg udah terendam 3 atau 4 hari, bayangkan baunya macam bangkai. Indah utk dikenang, busuk utk dicium pada masa itu.
Masih ada pohon jambu tempat kami berteduh dan melarutkan malam2 santai di situ. Kamar UT dan Bang Indra berada di sampingnya. Sekitar itu jg ada kolam labi2 tempat berendam.. ada yang lupa diangkat sampai subuh.. hehe ada2 aja kelakuan senior.
Rumah dua petak ini pernah aku tempati waktu tingkat III. Masa2 akhir di Almamater masih terngiang seakan baru dua tahun berlalu. Pemandangan kampus sisi belakang masih jelas di mata, betapa Maradun menjajakan nasi goreng dan mie rebusnya utk mengurangi pemberontakan cacing di perut.
Kenangan manis masa muda, bersama teman2 angkatan XV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar