Minggu, 19 Januari 2014

PERJALANAN HIDUP 2, Filosofi

Menyelesaikan DIII di APDN Pekanbaru dirasakan penuh perjuangan dan dedikasi yg tinggi. Waktu itu belum ada komputerisasi, yg ada hanya mesin tik, itu pun minjam.

Aku harus bangga dengan kemampuan 10 jariku dalam mengetik. Ini semata2 buah kesungguhanku saat kelas 2 SMA dulu yg memanfaatkan waktu  5 menit sebelum pergi sekolah dan 5 menit setelah sampai di rumah. Rentang waktu 5 menit tersebut aku gunakan untuk belajar mengetik sepuluh jari sesuai peletakan jari yg kudapatkan dari buku.

Aku pergi sekolah pukul 7 pagi dan tak mau lewat atau lambat dari waktu itu. Krn itu latihan mengetikku pada pukul 06.55 wib. Begitu juga saat pulang sekolah, sambil mengeringkan keringat dan buka baju itilah aku melanjutkan ketrampilan 10 jariku, hanya 5 menit. Lalu wuduk, sholat dan makan siang.

Mesin tik yg kupakai itu tak normal, milik Bapakku. Kondisi pernya udah putus. Makanya perlu dimiringkan supaya saat pengetikan bisa turun sendiri. Tapi mesin tik itulah yang mengantarkanku menjadi terampil. Rupanya utk belajar tak semata2 diperlukan sarana yg wah.. apa adanya.

Skripsi DIII kubuat  dan ketik sendiri. Tak ada satu hurufpun dibantu orang laen. Begitu juga skripsi S1 saat IIP Jakarta. Dengan membeli komputer (PC) buruk dan printernya seharga Rp 400 ribu rupiah tahun 2004, dan  saat selesai kuliah 2 tahun 3 bulan  berikutnya aku jual segitu juga harganya, hehe.

Tak pernah aku kursus formal utk belajar komputer, tp hanya dengan 'nakal ingin tahu', maka dapat menguasai beberapa program walau tak sepenuhnya pandai. Depan rumah saat kost di Jatinangor ada tempat kursus komputer, krn tak ada duit utk kursus maka pura2 menyewa /rental komputer 1 atau 2 jam, tp sebenarnya belajar cara menjalankan DOS dan WS saat itu. Itu dilakukan setiap hari sampai entah berapa lama.

Kesungguhan itu yg mengantarkanku terampil menggunakan komputer dg biaya murah. Kesempatan pertama setelah menjadi Mahasiswa Institut Ilmu Pemerintahan Jakarta aku lakukan dg memasuki Pustaka IIP dan memperoleh kartu anggotanya utk mendapatkan fasilitas peminjaman buku. Hehe, kedekatan dg petugasnya aku lakukan utk mendapatkan kemudahan peminjaman lebih dari orang laen. Utk 3 hari biasanya aku bisa pinjam 5 atau 6 buku. Kolusi positif memang.

Teknis membaca cepat aku pelajari dari Prof Majlose, bahwa pertama lihat Judul Buku, lihat daftar isi. Bila tertarik lanjutkan lihat siapa pengarangnya, bila tertarik baca ringkasannya. Kalau tak tertarik maka tinggalkan buku itu.

Tiap hari minimal baca satu buku, bukan utk dihabiskan semua halaman tp hanya pada point penting sesuai tercantum pada daftar isi. Dulu aku catat judul, pengarang, kode pustaka buku itu dan ringkasannya.

Ketika ada tugas dari dosen pada saat kuliah, maka belum jam pelajaran selesai aku udah punya judul utk tugas itu, krn sudah dikuasai sejak awal. Langsung ke pustaka dengan cara tunjukkan ke petugas langgananku kode pustaka buku2 dimaksud. Tak jarang tugasku selesai hanya dalam 2 atau 3 hari, sementara teman2ku butuh waktu 2 atau 3 minggu. Itu caraku menyiasati waktu, karen esok hari akan ada hal laeb yg perlu kita lakukan. The faster the better.

Program Magister di Pekanbaru agak berbeda. Rombongan Pegawai yg kuliah s2 yg pertama adalah Pak Said Ariffadillah, yaitu tercatat sebagai angkatan I MAP UNRI di Gobah, tp krn beliau sakit maka dilanjutkan dg Aku yg angkatan II, selesai tahun 2005. Thesisku nampaknya paling tidak 25% harus  dibantu pengetikannya oleh orang laen, walau think tank  dan models design nya tetap oleh kita sendiri.

Dan ini berbeda lagi dg penyelesaian Disertasi S3 ku. Grand Design mutlak kita sendiri tp harus dibantu pencarian bahan oleh teman2, termasuk pengetikan. Aku kebagian memasukkan teori yg berkaitan, analisis dan editing konsepnya.

Sekian lama aku sekolah, rasanya Program Doktor ini yg sangat aku nikmati. Hari2 di kampus pakai ransel mengunjungi Pustaka, menambah jurnal, konsultasi dengan Dosen Promotor dan Ko, termasuk Penguji. Statusku di kantor mungkin pejabat, tp di Kampus aku adalah mahasiswa yg bisa diperintah oleh petugas administrasi golongan IIb. Inilah bagian dari pemaknaan  status, filosofi hidup dan bijak meletakkan diri kita pada posisi apa.

Jalan sukses itu tak ada yg mulus, semua berbatu, semak dan berliku. Bilamana kita udah sampai di puncak tujuan, ingatlah bagaimana memudahkan orang lain agar tidak sesulit yg kita alami. Thanks to Allah.

Ruang Tunggu F1 Bandara Sukarno Hatta, 19 Januari 2014, By Ohm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar