Selasa, 21 Januari 2014

CERITA SIAK 6, Terasa Tak Terkata

LUWAHAN RASA 4, Hatiku Tak Tertinggal

Pagi ini aku memang buru2. Boarding tercatat 8.20 wib naik Sriwijaya Air. Perjalanan Hotel - Bandara Abdurrahman Saleh 30 menit, praktisnya aku check out dari hotel pk 7.

Temanku ngebel pk 06.35 menit bahwa dia udah jemput di Lobby, padahal janji pk 7. Aku terburu2 dan tak jadi sarapan. Urus cek out langsung berangkat.

Setelah ambil tiket dan cek in, aku bergabung sarapan dg temanku. Kupesan soto nasi biar ringkas, cepat dan hangat, ditemani segelas  susu hangat2 badan.

Tiba2 aku teringat cincinku tidak berada di jari. Kutelpon hotel utk mengingatkan kacuaianku, dan tempat cincin itu terakhir kutinggalkan, di dalam gelas di meja TV. Monica, demikian nama receptionnya yg menjanjikan mengabarkan kembali.

Penuh harap, harap harap cemas, telponku berdering dan menanyakan apakah cincinnya dua buah?

Kujawab "iyaaa".

"Lalu gimana caranya? Dijemput?", katanya.

"Gak bisa Mbak, Aku sudah boarding di Bandara. Nanti ada temanku Titov no telp... yg akan ambil dari Mbak", kataku.

"Iyalahh, terima kasih Pak", jawab Monica.

Thanks God, Alhamdulillah telah menemukan kembali Cincin nikahku dan cincin lagak. Untuk sementara bermalam di Malang sampai aku Wisuda nanti. Untung hanya cincin yang ketinggalan, syukurlah bukan hatiku. Hehe..

PERJALANAN HIDUP 3, My Cheerful Routinity

Biasanya aku bangun pukul 5 pagi atau kalau masih agak ngantuk maka bonus 15 menitlah.. hehe. Dua gelas air putih wajib mengisi perutku saat bangun itu. Setelah wuduk maka tunaikan Kewajiban sholat subuh, lalu bersiap2 joging pagi sekitar 45 menit dengan jarak tempuh 4 km saja.

Praktis sampai di rumah pk 06.20, sambil cooling down lakukan push up 20 kali, angkat  beban 5 kg utk otot lengan 18 kali dan sit up utk otot perut, semuanya diulang 3 kali. Bukan utk jadi bina rangka, tp sekedar mengeraskan otot yg ada.. hehe. Sementara itu, 1 gelas juz (tepatnya diblender aja, agar seratnya juga dapat) wartel + tomat + madu pun udah siap disantap.. hehe. Aku teringat kata dokter di Melaka saat cek up dulu, kebiasaan memakan buah atau juz saat 30 menit sebelum sarapan akan membentuk alas yg sangat baik utk ujung faces / kotoran / taik yg keluar besoknya. Maka kita akan terhindar dari kostipasi/ sembelit. Maaf bahasaku kadang vulgar tak sopan dibaca.

Kostipasi berkepanjangan akan menyebabkan wasir karena mengejan, dan tak jarang menyebabkan luka pada anus, bahkan bakteri yg menumpuk akan memperparah luka tersebut menjadi inpeksi, bgitu juga bisa bermasalah pada dinding usus karena penumpukan bakteri yg terlalu lama di perut. Bayangkan kalau udah 3 hari tak tuntas berak.. hehe. Artinya apa? Gara2 kita pelit minum air putih dan salah pola makan maka akan stres karena sembelit, perut tak sedap dan luka di usus. Kalau di usus mendingan, bila kita jg punya maag akut, maka udara yg keluar dari mulut akan berbau tak sedap dan jauh dari pergaulan. Alamakkk

Berpacu dalam mandi, pakaian utk rutin ke ktr pk 7 atau lewat dikit  guna mengejar apel pagi pk 07.30 wib. Apel ini tak boleh telat, terus dijaga agar tetap semangat. Aku sudah memilih pekerjaan ini dan harus dijaga aturannya. Aku tak kuat mrncangkul atau menggali parit, memanjat kelapa tak bisa tinggi, jaga malam tak kuat begadang. Maka inilah pekerjaan yg dapat aku lakukan dan harus aku jaga sebaik2nya.

Kuusahakan meminum 1 gelas air, dan 30 menit kemudian  makan buah, lalu 30 menit sebaiknya makan. Baik utk makan pagi Siang atau malam. Hal ini utk menjaga agar tak banyak makan karbohidrat lagi saat menyantap menu utama. Lauk boleh banyak, tp nasi sedikit aja. Pepatah Cina mengingatkan agar makan di waktu pagi bagai PANGERAN (dengan menu mantap utk memberikan efek energi besar utk beraktivitas), makan di waktu Siang bagai RAJA ( Menu sempurna dan lengkap), makan di waktu malam bagai PENGEMIS (Sedikit dan prihatin).

Semua tercatat di Goggle androidku, setiap 4 bulan sekali rawat  dan membuang karang gigi, 3 bulan sekali makan obat cacing, 6 bulan sekali medical check up di Prodia, rutin donor darah utk mendapatkan percepatan pergantian darah baru.

Sekiranya pagi aku tak sempat joging mungkin krn capek atau hujan, maka kuusakan pulang kantor pm 16 atau 16.30 wib utk berjalan kaki ke rumah. Jarak 6.2 km dengan waktu tempuh 50 menit. Menyantap jus 1 gelas atau air madu hangat  membuatku fresh dari aktivitas seharian. Alhamdulillah ya Allah.

Malam  kadang tak perlu makan nasi, hanya sayur dan lauknya dalam jumlah terbatas.

Biasanya pk 21.30 wib mataku sudah redup dan perlu disandarkan di pembaringan hangat. Segelas air putih mengantarkan hasratku utk terbaring lena dan segar esok harinya pk 05 pagi, semoga.

By Ohm.

Minggu, 19 Januari 2014

LUWAHAN RASA 3, Masa Sulit

Aku yg tertua di rumah itu, umur masih 15 tahun. Saat itu Bapakku ke rumah Bang Ani di sekitar Pelabuhan Seismic Dumai. Adik lelakiku Muhammad Rozali berumur kurang dari 2 tahun, sedang demam panas tinggi. Rumah kami Gang Jambu sedang musim banjir. Pukul 21 wib saat itu gerimis, suara katak bersahutan meminta tambah hujan. Aku,  adikku Aro dan Ina duduk dekat Ijal, begitu panggilan pada adik kami yg demam itu.

Sebagaimana biasa kalau demam kami diuras / dikompres dengan air sejuk, bgitu juga yg kami lakukan pada ijal. Mengenai obat demam yg laen aku tak ingat. Tiba2 badan adikku mengejang, matanya mendelik ke atas dan hanya menyisakan mata putihnya saja lagi. Peristiwa ini mengejutkan kami yg saat itu tinggal adik beradik di rumah. Apalah yg dapat aku buat sebagai abang selain dari pada memegangi gerak kejang itu dan  mengompres berulang ulang sambil membaca alfatihah, karena tak tau yg hendak dibuat lagi.  Hanya Allah yang bisa menyelamatkan adik  kami ini.

Setelah step/ kejangnya tak ada lagi, aku langsung berlari dan teringat utk mengambil daun kapas dan durian belanda / sirsak yg di sekitar rumahku. Setahu kami daun tsb kalau direndam akan punya efek menurunkan panas badan.

Tak dapat aku bayangkan beban yg kami alami saat itu. Umur 11 tahun ditinggalkan Mak  setelah 37 hari melahirkan adikku Isnur Hayati. Dokter menyatakan sesak nafas. Aku masih ingat kondisi Mak yg penat mempersiapkan 2 hari lagi pernikahan Mak Usu Fauziah, tapi Allah memanggilnya untuk selama2nya dan meninggalkan aku, Aro dan Ina, serta Adikku Is masih berumur 37 hari.

Situasi malam itu sama dengan saat demamnya adikku Ijal. Hal ini membuat aku sedikit trauma bila ada hujan gerimis, banjir dan suara katak bersahutan. Ada kesedihan yang diikuti kekwatiran, yang menyusupi perasaan ini bila keadaan yg sama saat keluarga sakit.

Perasaan ini menemani aku tumbuh tegar dan berupaya mandiri bersama adik2ku semua. Smoga rasa sayang ini tak memudar karena kami satu sumber darah. DARAH LEBIH PEKAT DARI AIR.

By Ohm.

PERJALANAN HIDUP 2, Filosofi

Menyelesaikan DIII di APDN Pekanbaru dirasakan penuh perjuangan dan dedikasi yg tinggi. Waktu itu belum ada komputerisasi, yg ada hanya mesin tik, itu pun minjam.

Aku harus bangga dengan kemampuan 10 jariku dalam mengetik. Ini semata2 buah kesungguhanku saat kelas 2 SMA dulu yg memanfaatkan waktu  5 menit sebelum pergi sekolah dan 5 menit setelah sampai di rumah. Rentang waktu 5 menit tersebut aku gunakan untuk belajar mengetik sepuluh jari sesuai peletakan jari yg kudapatkan dari buku.

Aku pergi sekolah pukul 7 pagi dan tak mau lewat atau lambat dari waktu itu. Krn itu latihan mengetikku pada pukul 06.55 wib. Begitu juga saat pulang sekolah, sambil mengeringkan keringat dan buka baju itilah aku melanjutkan ketrampilan 10 jariku, hanya 5 menit. Lalu wuduk, sholat dan makan siang.

Mesin tik yg kupakai itu tak normal, milik Bapakku. Kondisi pernya udah putus. Makanya perlu dimiringkan supaya saat pengetikan bisa turun sendiri. Tapi mesin tik itulah yang mengantarkanku menjadi terampil. Rupanya utk belajar tak semata2 diperlukan sarana yg wah.. apa adanya.

Skripsi DIII kubuat  dan ketik sendiri. Tak ada satu hurufpun dibantu orang laen. Begitu juga skripsi S1 saat IIP Jakarta. Dengan membeli komputer (PC) buruk dan printernya seharga Rp 400 ribu rupiah tahun 2004, dan  saat selesai kuliah 2 tahun 3 bulan  berikutnya aku jual segitu juga harganya, hehe.

Tak pernah aku kursus formal utk belajar komputer, tp hanya dengan 'nakal ingin tahu', maka dapat menguasai beberapa program walau tak sepenuhnya pandai. Depan rumah saat kost di Jatinangor ada tempat kursus komputer, krn tak ada duit utk kursus maka pura2 menyewa /rental komputer 1 atau 2 jam, tp sebenarnya belajar cara menjalankan DOS dan WS saat itu. Itu dilakukan setiap hari sampai entah berapa lama.

Kesungguhan itu yg mengantarkanku terampil menggunakan komputer dg biaya murah. Kesempatan pertama setelah menjadi Mahasiswa Institut Ilmu Pemerintahan Jakarta aku lakukan dg memasuki Pustaka IIP dan memperoleh kartu anggotanya utk mendapatkan fasilitas peminjaman buku. Hehe, kedekatan dg petugasnya aku lakukan utk mendapatkan kemudahan peminjaman lebih dari orang laen. Utk 3 hari biasanya aku bisa pinjam 5 atau 6 buku. Kolusi positif memang.

Teknis membaca cepat aku pelajari dari Prof Majlose, bahwa pertama lihat Judul Buku, lihat daftar isi. Bila tertarik lanjutkan lihat siapa pengarangnya, bila tertarik baca ringkasannya. Kalau tak tertarik maka tinggalkan buku itu.

Tiap hari minimal baca satu buku, bukan utk dihabiskan semua halaman tp hanya pada point penting sesuai tercantum pada daftar isi. Dulu aku catat judul, pengarang, kode pustaka buku itu dan ringkasannya.

Ketika ada tugas dari dosen pada saat kuliah, maka belum jam pelajaran selesai aku udah punya judul utk tugas itu, krn sudah dikuasai sejak awal. Langsung ke pustaka dengan cara tunjukkan ke petugas langgananku kode pustaka buku2 dimaksud. Tak jarang tugasku selesai hanya dalam 2 atau 3 hari, sementara teman2ku butuh waktu 2 atau 3 minggu. Itu caraku menyiasati waktu, karen esok hari akan ada hal laeb yg perlu kita lakukan. The faster the better.

Program Magister di Pekanbaru agak berbeda. Rombongan Pegawai yg kuliah s2 yg pertama adalah Pak Said Ariffadillah, yaitu tercatat sebagai angkatan I MAP UNRI di Gobah, tp krn beliau sakit maka dilanjutkan dg Aku yg angkatan II, selesai tahun 2005. Thesisku nampaknya paling tidak 25% harus  dibantu pengetikannya oleh orang laen, walau think tank  dan models design nya tetap oleh kita sendiri.

Dan ini berbeda lagi dg penyelesaian Disertasi S3 ku. Grand Design mutlak kita sendiri tp harus dibantu pencarian bahan oleh teman2, termasuk pengetikan. Aku kebagian memasukkan teori yg berkaitan, analisis dan editing konsepnya.

Sekian lama aku sekolah, rasanya Program Doktor ini yg sangat aku nikmati. Hari2 di kampus pakai ransel mengunjungi Pustaka, menambah jurnal, konsultasi dengan Dosen Promotor dan Ko, termasuk Penguji. Statusku di kantor mungkin pejabat, tp di Kampus aku adalah mahasiswa yg bisa diperintah oleh petugas administrasi golongan IIb. Inilah bagian dari pemaknaan  status, filosofi hidup dan bijak meletakkan diri kita pada posisi apa.

Jalan sukses itu tak ada yg mulus, semua berbatu, semak dan berliku. Bilamana kita udah sampai di puncak tujuan, ingatlah bagaimana memudahkan orang lain agar tidak sesulit yg kita alami. Thanks to Allah.

Ruang Tunggu F1 Bandara Sukarno Hatta, 19 Januari 2014, By Ohm

Sabtu, 11 Januari 2014

PERJALANAN HIDUP, My Doctor


Kalaulah ku tau mendapatkan Gelar Doktor itu sesulit ini, maka takkan kumulai dari semula. Tak sadar waktu 4 tahun 10 bulan telah berlalu, kalaulah tak selesai dalam waktu 2 bulan lagi maka akupun di-DO-kan.

Saat itu Januari 2008 ada peluang melanjutkan kuliah tingkat Doktoral di Universitas Brawijaya yg bekerjasama dg Pasca Sarjana Universitas Riau. Ada keinginan kuat untuk menjalani proses pembelajaran ini dg serius. Mulailah saat itu membaca brosur dan mengajukan izin Belajar pada Pak Bupati Arwin AS melalui pak Sekda Almarhum Adli Malik. Aku mengajak Bang Syafrilenti untuk ikut serta,  Alhamdulillah kami diizinkan. Terima kasih Pak Arwin.

Perjalanan kuliah berjalan lancar dan penuh tantangan. Tiap hari Sabtu pagi sudah nyetir sendiri menuju Pekanbaru untuk kuliah di Kampus Panam. Bayangkan ini berlangsung tiap sabtu minggu selama dua semester.

Tiap kuliah aku tak pernah duduk di belakang, hampir dapat dipastikan deretan paling depan. Buka laptop tua (Acer stylus pembelian tahun 2005) dan rekam proses kuliah agar nanti dapat diulang dengar saat joging sore atau pagi. Kuliah ini harus serius karena bagian dari proses pembelajaran utk kualitas diri, ini bukan formalitas. Kita tidak sama dg orang pekanbaru yg rumahnya sejengkal dari kampus, perjalanan Kami 120 km dari rumah, itupun nyetir sendiri, resiko perjalanan, meninggalkan anak istri, biaya yang tak sedikit tiap minggu.

Oleh karena itu, kuliah ini harus duduk serius dan gali ilmu dari dosen yg mengajar. Karena pengorbanan yg ada sudah terlalu besar kalau akhirnya hanya main2 di Pekanbaru.

Saat semester 2 kami sudah dianjurkan memperbincangkan Proposal yg akan diteliti. Saat itu saya udah siap dengan proposal yg berisi Bab I, sementara teman2 lain masih memperbincangkan. Tp apa hendak dikata, nasib menentukan lain, rupanya termasuk lambat dalam penyelesaiannya.

Kami seangkatan berjumlah 19 orang, sekarang tinggal 17 orang lagi krn yang 2 orang sudah tak berminat melanjutkan. Baru 6 orang yg sudah selesai, yaitu PaK M Ramli ka Bappeda, Mas Sabarno Kabid du bappeda, Bu Fatmawati, Bu Yusni Maulida Dosen Pasca UR dan Pak Emrizal Pakis Asisten 2, dan aku yg ke 6. Masih ada 11 orang lagi yg sedang berjuang. Semoga saja mereka dapat cepat selesai, di tengah sempitnya waktu. Terpaksalah mereka mengambil masa langkau 6 bulan utk mempersiapkan segala sesuatunya.

Teori 2 semester dilalui dg tantangan tanpa begitu terasa, namun pengajuan Proposal dan konsultasi Desertasi itu yg sangat menguras tenaga, biaya dan waktu. Maklumlah, mengunjungi Pembimbing di Pekanbaru dan Malang bukan pekerjaan yg gampang. Seni berkomunikasi dituntut di sini, membangun network dengan teman2 juga sangat mempengaruhi. Namun yg sangat penting adalah philosofi memanusiakan manusia, Sabar dan tetap sabar. Kalau kita pandai tp jangan menggurui, kalau kita tajam tp jangan melukai, kalau kita laju tp jangan mendahului. Namanya juga DOCTOR OF PHILOSOPHY.

Ada 9 tahap penyelesaian Desertasi. Mulai dari proposal, prelium 1, prelium 2, komisi lapangan, komisi hasil, seminar hasil, kelayakan, ujian terbuka, dan  komisi pengesahan. Dan ditambah dg syarat kolokium yg diikuti oleh kawan2 komunitas S3 di UB.  Hampir 3 semester rasannya waktu terbuang percuma. Semangatku yang membara utk menyelesaikan desertasi, tiba2 menghujam turun hanya gara2 bekal methodologiku yg tidak matang. Perdebatan dua pembimbing yg mempermasalahkan methode kuantitatif atau kualitatif menyebabkan aku tak berdaya dan sulit menentukan pilihan. Konsultasi berjalan tak efektif krn jarak dan kualitas konsultasi yg kurang intensif. Ini memacu aku utk belajar methodologi dg lebih serius.

Bersyukur pada Pak Bupati Syamsuar dan wakil Bupati Alfedri serta  Sekda saat itu Pak Amzar yg mengizinkan di sela2 pelaksanaan tugas sehari2 dapat memanfaatkan waktu konsultasi ke Malang. Terimakasih Pak.

Profesorku Maryunani suatu saat berpesan, jangan hanya berhenti pada Gelar Doktor ini saja, nikmati proses kehidupan ini dg cara kritiki permasalahan sesuai bidang yg didalami. Kebetulan aku menguasai Teori Transfer Fiscal, Agent - Principle Theory (Assymetric Information), Social Capital dan Pembangunan Partisipatif. Hendaknya menyumbangkan pikiran sesuai bidang yg ditekuni, jangan komentari bidang yg tidak kita dalami. Insyaallah Prof.

Tak terhitung rasanya pengorbanan yg telah dilalui. Orang mungkin menyangka uang didapat dengan mudah utk biaya ini. Mereka tidak tau betapa sulitnya menjual tanah utk biaya ini semua, walau akhirnya beberapa teman bersedia meminjamkan sejumlah uang, dan juga meminjam dengan Bank setempat.

Suatu saat istriku sempat bertanya : "Apakah gelar Doktor akan menaikkan pangkat?".
"Tidak", jawabku.
"Apakah akan menaikkan jumlah gaji?". "Tidak juga", tambahku.
"Apakah akan menyebabkan naik Jabatan?", tambah istriku.
"Tidak sama sekali", jawabku lagi.
"Lalu untuk apa sekolah payah2 menghabiskan harta yg ada?"
Aku terdiam terhenyak mengingat itu semua. Tapi aku ini degil, keras hati dan sedikit keras kepala. Aku yakin proses pembelajaran ini banyak gunanya suatu hari.

Saat ini pun proses sekolah ini blom berakhir. Tulisan ini iseng2 dibuat di penerbangan panjang menuju Malang. Beberapa hari lalu ditugaskan Bupati ke Manado menghadiri Seminar Nasional II APKASI APEKSI. Dengan izin Bupati aku menuju Malang, transit di Makasar dan Bali. Pukul 05 wita dari hotel dan saat ini pk 10.42 wita masih di pesawat nuju Denpasar. Insyaallah pk 15 Wita sampai di Malang. Lalu menghubungi Dosen utk konsultasi perbaikan saat Ujian terbuka tgl 22 Desember 2013 lalu.. Mohon doa yaa.. hidup ini dinamis dan tak boleh berhenti berfikir dan menikmatinya.

Masih 4 kali lagi ke Malang. Perbaikan, Komisi Pengesahan, Penandatangan Ijazah dan Wisuda. Bayangkan berapa banyak dana dan waktu yg disisihkan untuk menjalani sisa studi ini. Namun Insyaallah bisa, sabar dan nikmati proses ini. Maafkan Ayahmu ini, maafkan suamimu yg terkadang keras hati, walau kadang lembut juga.. hehe.

Di udara atas Pulau Dewata, 12 Januari 2014. By Ohm.

Jumat, 10 Januari 2014

MASA KECIL 10

CARA UNIK NANGKAP LALAT DAN INGUS IJAU

Semuo budak seumurku berkudis, hehe. Waktu itu sekitar 9 tahunlah. Ado Izul, Andan, Iyan, Nuar, Baidir dan banyak lagi kekawan.

Balek sekolah pukul 12 Kamipun bekumpul di lapangan bola atau halaman umah Izul Jalan Sukajadi. Tak ado yg pakai kasut, semuo pakai kaki ayam. Kebiasaan macam ini tak mengherankan dan jadi pemandangan lazim. Kesepakatan bisa saja berubah dari main kejar2an / tonggak dingin atau maen sambal lakon. Kadang2 kami mandi sungai Pak Lenen atau mandi di Paret Putus sekitar pasar Pulau Payung sekarang.

Mungkin karena tak bersih mandi petabg itulah menyebabkan badan kami korengan byk kudis. Yg jelas bekudis di kaki dan tangan. Terutama sekitar lutut bekas jatuh. Selalunya kalau waktu senggang diadakan lomba nangkap lalat pakai karet. Kudis dibiarkan terbuka sehingga leluasa dihinggapi lalat, kemudian karet dipersiapkan berjalan diam2 menjerat kaki lalat, akhirnya lalatpun berjatuhan. Pemenangnya adalah  pemilik lalat yg terbanyak.. hehe

Jorok memang.. tp itu nyata.

Satu lagi, heran tengok budak2 sekarang ini  ingusnya bening2. Kami dulu kok ijau2 yee.. parah..

Itu krn kelamaan flu dan tak betah2. Maklumlah budak kampung. Bukan hanya ijau, tp aliran ingus di bawah hidung itupun udah iritasi memerah..

Jangan marah yee kawan2..